terça-feira, 1 de julho de 2014

Karier Militer Prabowo lancar karena dua faktor permainan kotor dan berkah dari Cendana

Kupang, NTT (30/06/2014). Keberhasilan karier militer Prabowo karena factor external bukan karena procedural dinas ketentaraan Prabowo sendiri. Faktor external yang mendongkrak kenaikan pangat luar biasa Prabowo adalah:
  1. Permainan kotor atau siasat Prabowo sendiri 
  2. Fator relasi dengan Cendana
I. Permainan dan siasat yang dilancarkan oleh Prabowo Subianto dalam medan tempur maupun permainan inteligency.

Antara lain:

Peristiwa Kraras yang lebih dikenal dengan kampung Janda, terjadi pada tahun 1983, ketika itu Prabowo baru berpangkat Kapten. Waktu itu sedang berlangsung kontak Damai antara TNI dibawah pimpinan DANREM 164 Wira Dharma, Kolonel Gatot Purwanto dan pimpinan Gerilya dibwah pimpinan Kay Rala Xanana Gusmao. Proses perdamaian gagal karena peristiwa Kraras, yang menurut Kolonel Gatot Purwanto merupakan sabotase dari Kapten Prabowo Subianto karena dialah yang merancang estrategi tersebut. Belakangan penelitian beberapa pihak yang menjurus ke Prabowo adalah dalang segalanya.

Menurut Gatot Purwanto kepada Ir. Mario Carrascalao mantan Gubernur Tim-Tim, ”apa yang saya takutkan udah akan terjadi, karena kapten Prabowo Subianto sudah masuk ke Kraras Viqueque dan sudah kembali ke Jakarta. Setiap orang yang masuk ke sini, entah sipil atau militer harus dengan sepengetahaun saya”. Tapi Prabowo datang dan sudah pergi ke Jakarta, apa yang dilakukan oleh dia, pengakuan Gatot Purwanto yang diceritakan dalam buku Mario Carrascalao.

Pengakuan Kolonel Gatot Purwanto pada bulan Abril tahun 1983 dan peristiwa Kraras Viqueque pada akhir bulan Agustus. Bayangkan licik dan cerdiknya seorang Prabowo dalam merancang semua kejadian tersebut.

Tujuan utama adalah menghindari opsi dialogue melalui proses perdamaian, penyelesaian masalah lewat tempur atau jalur militer. Prabowo memilih jalur militer dalam penyelesaian permasalahan Tim-Tim. Akibat dari peristiwa Kraras Prabowo mulai menggagalkan proses perdamaian dan membuka jalan bagi penyelesain secara militer. Pembantaian terhadap warga sipil pun tak terhindarkan.

Tujuan lain adalah Prabowo mempersiapkan diri untuk kariernya dan menghambat para perwira yang identik dengan Jenderal L. B. Murdani yang saat itu sedang menduduki jabatan penting seperti Panglima ABRI/TNI.

Isu KUDETA dari L. B. Murdani merupakan rekayasa dari Prabowo Subianto, walaupun saat itu masih berpangkat Maiyor dan sebagai wakil Komandan Densu 81 pimpinan Luhut Panjaitang. Kapten aja udah berani melawang pimpinan pucuk ABRI/TNI.

Pembantaian Santa Cruz tahun 1991, Prabowo juga dikaitkan dengan peristiwa berdarah tersebut yang menewaskan ribuan warga Cipil.

Menurut beberapa saksi mata, Prabowo berada di Dili . Prabowo bersama coleganya Syarief Syamsudin mulai mengumpulkan tentara dari satuan 744 dan 303 di Taibesi Dili, dua minggu sebelum peristiwa Santa Cruz.

Menurut kesaksian Kolonel Gatot yang pada kejadian tragis tersebut menduduki jabatan sebagai Komandan SGI (Sat Gaz Intel ) Pangkolokops Tim-Tim, ”sebenarnya Syarief Syamsudin masa jabatan dinas udah berakhir, tapi tanpa sepengetahuan saya sebagai komandan, masa berkontak dengan satuan tempur yang baru habis masa operasi dan menunggu waktu untuk back to basic”.

Menurut Sintong Panjaitang, mantan Pangdam Udayana, ”santa Cruz tujuannya untuk menjatuhkan dia dan para prewira yang ada hubungan dengan Jenderal L.B. Murdani.

Persaingan ketat untuk merebut kursi KASAD menggantikan Jenderal Edy sudrajat, antara Wismoyo Arrismunandar dan Sintong Panjaitang.

Dengan Santa Cruz singkirlah Sintong dan jalan mulus bagi Wismoyo Arismunandar. Dengan demikian persiapan karier militer Prabowo Subianto akan mulus.

Dan setelah laporam DKM (Dewan Kehormatan Militer) pimpinan Mayjen Faijal Tanjung, Sintong di geser dari jabatan militer. Dengan Faijal Tanjung mennduduki posisi estrategis di Mabes ABRI dan menjadi Panglima ABRI/TNI persiapan jalan mulus bagi kepemimpinan dan karier militer seorang Prabowo Subieanto.

Suskses Batalyon Kostrad 328 di Tim-Tim dan kenaikan pangkat luar biasa dari Maiyor ke Kolonel. Hal tersebut telah dibeberkan oleh Made Supriatma di Indoprogress.com (01/07/2014). Prabowo membunuh sesama prajurit TNI, demi kenaikan pangkat luar biasa.

II. Hubungan dengan Cendana: Karier militer yang dinilai cukup mulus dan berprestasi, merupakan kaitan dengan hubungan dekat dengan keluarga Cendana. Prabowo berhasil mengambil kesempatan sebagai menantunya Pak Harto.

Karena Pak Harto yang punya latarbelakang Militer, sedangkan dalam keluarga putra2nya ngak ada yg berniat menekuni karier Militer. Harapan Pak Harto jatuh pada Prabowo yang juga menantunya. Yang juga dipikirkan Pak Hartp, cuman Prabowo menduduki jabatan teras di TNI/ABRI yang bias melindungi keluarga Cendana.

Kesimpulan:

Kenaikan pangkat luar biasa dan karier Militer Prabowo yang brelian di karenakan atau diuntungkan dengan dua factor:

Pertama, Menghalalkan segala cara demi karier militernya, bahkan membunuh sesama anggota TNI (baca: Made Supriatma, Indoprogress.com).

Kedua, Prabowo juga diuntungkan karena hubungannya dengan keluarga Cendana. Dalam dialogue antara Ir. Mario Carrascalao dan Panglima ABRI/TNI Tri Sutrisno, ”Tahun 1990, Gubernur Timor Timur Mário Viegas Carrascalão, meminta Panglima ABRI Jendral Tri Sutrisno untuk menarik Mayor Prabowo Subianto dan pasukannya dari Timor Timur. Namun Tri Sutrisno menolak. Ada apa? (Indoprogress.com, 01/07/2014)”.

Bayangkan seorangan Panglima ABRI/TNI pun nga berani mengambil tindakan terhadap Prabowo.

Kupang, 02.07.2014

Sem comentários:

Enviar um comentário